Musibah adalah suatu
peristiwa yang menyedihkan.
Musibah mendorong manusia
mengakui bahwa keberadaannya milik Allah Swt, dan akan kembali kepada-Nya di
akhirat kelak. Allah
Swt menguji hamba-Nya
dengan bencana agar
menjadi jelas siapa di antara hamba-Nya yang sejati atau pendusta, yang
sabar atau berkeluh kesah, ini adalah ketetapan Allah Swt atas hamba-Nya.
Seandainya kaum mukminin selalu diberi kebahagiaan tidak ada musibah atau
bencana, maka terjadi percampuran antara yang baik dan tidak, artinya musibah
merupakan pembeda antara yang baik dan tidak.
Allah Swt tidak akan memberikan beban atau musibah kepada
hamba-Nya di luar kemampuan seorang
hamba itu sendiri.
Semakin tinggi tingkat
keimanan seseorang maka ujian yang diberikan semakin berat.
Nabi Ayyub As
diuji oleh Allah
Swt dengan hilangnya
harta, anak-anak kesayangannya
wafat, ditambah lagi penyakit gatal pada seluruh tubuhnya, tetapi nabi Ayyub As
tetap sabar dan
ikhlas, Beliau berkeyakinan
semua milik Allah
Swt dan akan kembali
kepada-Nya. Oleh sebab
itu, ujian yang
diterimanya membuat nabi Ayyub As semakin tambah yakin dan kualitas
imannya semakin tinggi.
Tentu sangat berbeda
terhadap cara menyikapi musibah, tergantung kualitas keimanan
seseorang. Bagi orang yang beriman,
musibah dihadapi dengan sabar serta ikhlas dan
berkeyakinan bahwa segala
musibah pasti ada hikmahnya, meskipun musibah tersebut
terasa berat. Sedangkan
bagi orang yang
tidak beriman, peristiwa yang menimpanya
merupakan sesuatu yang
menyengsarakan dan mendatangkan penderitaan.
Kesabaran
merupakan pintu hidayah
bagi hati. Seorang
mukmin membutuhkan kesabaran dalam
segala keadaan. Ketika
ditimpa musibah, kesabaran harus diperkuat,
karena musibah yang
terjadi merupakan ketentuan
dari Allah Swt. Jika
muncul sifat tidak
sabar, maka akan
menurunkan kadar keimanan
seorang mukmin terhadap Allah Swt.
Betapa besar balasan
kebaikan yang diperoleh
orang-orang yang mampu bersabar, menahan
diri dalam menghadapi
musibah dari Allah
Swt Dzat yang mengatur alam semesta ini.
Ada tiga macam musibah yang diberikan oleh Allah Swt kepada
manusia:
1. Sebagai cobaan
atau ujian, yaitu
diberikan kepada orang
yang beriman untuk menguji kualitas keimanannya.
2. Sebagai teguran,
diberikan kepada orang beriman yang melakukan kesalahan.
3. Sebagai azab
(siksa), diberikan kepada orang yang selalu berbuat maksiat kepada Allah
Swt.
Sebagai orang yang
beriman, apabila mendapat
musibah maka seharusnya dapat mawas
diri. Musibah yang
sedang dialami jangan
dijadikan alasan untuk mengendurkan semangat
dalam beribadah kepada
Allah Swt, justru
ketika ditimpa musibah saatnya
meningkatkan ibadah dan
ketaatan kepada Allah
Swt. Jika kita bersikap
seperti itu, maka
kita termasuk orang
yang dapat mengambil
hikmah dari musibah yang
dialami.
Agama Islam memberikan
tuntunan kepada pemeluknya.
Ada beberapa cara agar
terhindar dari musibah. Pertama kita harus sering bersedekah, sebagaimana sabda
Nabi Muhammad Saw, ”Bersegeralah bersedekah, sebab musibah tidak pernah bisa mendahului
sedekah.” Kedua, berdoa ketika sedang ditimpa musibah.
Adapun doa yang diajarkan oleh Rasulullah Saw ketika
tertimpa musibah adalah
إِنَّا
للهِ وَإِنَّا إِلَيْهِ رَجِعُوْنَ ، اَللَّهُمَ أَجُرْنِى فِى مُصِيْبَتِى
وَأَخْلِفَ لِىْ خَيْرَا مِنْهَا
Artinya : “Sesungguhnya kami adalah milik Allah Swt dan akan kembali kepada Allah Swt, Ya Allah, berilah kami pahala karena musibah ini dan gantilah untukku dengan yang lebih baik darinya.”
0 Komentar